Hmm,,, sebenarnya agak lucu juga
saat membaca judul di atas. Tapi untuk hasil selanjutnya saya menyerahkan ke
sahabat semua, apakah setuju dengan judul tersebut atau tidak ^_^
Inspirasi ini datang begitu
saja, saat saya ingin membeli baju bersama kedua teman saya. Seperti biasanya,
saya akan memeriksa kondisi baju yang ingin saya beli, terutama dari segi kualitas
jahitan. Baju yang saya mau sudah ketemu, tinggal bagaimana caranya mendapat baju
yang terbaik. Yapz,, saya memeriksa baju satu per satu dan “penjelajahan” saya
pun dimulai. Dari setumpuk baju yang disediakan, awalnya saya mengecek dari bagian
paling atas. Tidak lolos.. lanjut ke bawah, dan seterusnya sampai beberapa baju
yang saya cek tidak memenuhi kualitas. Kedua teman saya -dan saya juga sih- mulai
tidak sabar, saya ambil bajunya secara acak. Masih juga ada saja bagian yang cacat.
Sampai akhirnya saya memilih dari yang tampilannya rapi secara kasat mata, dan
untuk beberapa saat saya menjatuhkan pilihan ke satu baju. Melihat hal ini,
salah seorang teman saya bernyanyi “akhirnya ku menemukanmu...”(NAFF band)
sambil tertawa meledek. Saya cuma bisa tertawa, tapi entah kenapa saya kembali
mengecek baju itu. Dan hasilnya??? Olala... ternyata jahitan bawahnya ada yang
terlepas. Dan kembali saya memeriksa baju yang lain. Setelah cukup lama,
barulah saya menemukan baju yang benar-benar bagus kualitasnya. Hampir selama
satu jam saya memilih baju, dan saya pun puas saat menemukan yang paling bagus
kualitasnya.
Entah kenapa, tiba-tiba saja
saya berucap “ memilih pasangan pun sama seperti kita memilih baju”. Alhasil,
kedua teman saya cuma bisa melongo, dan saya pun melanjutkan...
“Lihat baju tadi, pemilik toko
sudah menyediakan setumpuk baju buat kita pilih. Orang yang asal, akan langsung
mengambil saja tanpa mengecek terlebih dahulu. Yang penting kelihatan bagus,
itu sudah cukup. Masalah nanti ternyata ada cacat atau tidak, itu resiko buat
dia. Berbeda dengan orang yang berselera tinggi, dia akan melihat terlebih
dahulu kualitas bajunya. Tapi si selera tinggi, bisa jadi akan putus asa saat
ia tak kunjung menemukan baju yang benar-benar bagus menurut penilaiannya. Dan
akhirnya, ia akan memilih “yang ada saja”. Nah, yang terakhir adalah si sabar.
Dia yakin, di antara tumpukan baju pasti ada satu yang paling bagus. Kesabaran
biasanya berjalan seiring dengan ketelitian. Walaupun tidak mudah untuk menemukan
itu, tapi dengan kesabarannya dan ketelitiannya insya Allah dia akan mendapat
yang terbaik. Lalu apa hubungannya dengan pasangan hidup kita??
Begini, Allah sudah menyediakan lawan
jenis untuk menjadi pasangan hidup kita. Pasangan ini nantinya ibarat sebuah
baju. Dialah yang akan menutupi kekurangan, aib, dan kelalaian kita. Dialah yang
akan menjadi pelindung kita, dialah yang akan menjadi penyempurna kita, dan
dialah yang akan menghiasi hari-hari kita. Nah, tinggal bagaimana kita menempuh
jalan untuk memperolehnya. Apakah menjadi orang yang asal, yang seringkali
gonta ganti pasangan sama dengan seringnya dia bergonta ganti baju (^_^). Atau
orang yang berselera tinggi, yang mematok kriteria yang “waah” untuk
pasangannya. Yang lebih parah, kalau dia tidak menyadari apakah dia pantas
untuk hal itu. Hingga jika tidak ada yang sesuai kriterianya, terpaksa dia akan
menerima seseorang yang datang pertama kali ke hadapannya. Saya jadi ingat
perkataan salah seorang sahabat saya, “sekarang kamu bisa bilang “siapa lo?”,
nanti kalau usiamu sudah terlalu matang, kamu akan mengubah statement itu jadi,”siapa
aja boleh deh.” Woowww....
Nah, yang terakhir nih.. dialah
si sabar. Dia yakin Allah sudah menyediakan seseorang yang terbaik untuk
dirinya. Karena itu dia berusaha mencari pasangan terbaik itu, dengan penuh
ketelitian. Teliti di sini maksudnya dia teliti untuk terus memperbaiki
kekurangan dirinya. Berusaha menjadi yang terbaik, untuk mendapat yang terbaik.
Tentunya untuk mendapatkan yang terbaik
pun, tidak dengan jalan yang dimurkaiNya. Tetap harus ada kaidah-kaidah yang
tidak boleh dilanggar. Bagaimana pun, syariat tetap membataskan. Selain ikhtiar
yang syar’i, cobalah untuk semakin mendekat kepadaNya, bukankah Allah SWT telah
berfirman, “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula). Sedangkan
perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang
baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa
yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”
(QS. An-Nuur: 26).
Sekarang, tinggal sahabat semua
yang menentukan. Mau pilih yang mana?? Wallahu’alam bisshawab