Jumat, 24 Juni 2011

Bank cinta

Bank ini dibangun oleh penghulu para pecinta, panglima yang tubuhnya bersinar. Tapi, apakah bank ini memiliki gudang? Apakah ia memiliki cek, giro, dan jaminan?
Ya, ia memilikinya. Kalau begitu apakah ia? Ia adalah bank yang gudangnya adalah hati, batangan emas dan peraknya dari cahaya, cek-ceknya adalah senyuman-senyuman, mata uangnya adalah kemudahan yang jernih, gironya adalah keikhlasan, dan jaminannya adalah perbuatan yang baik (al-ma’ruf). Ia mencakup semua muamalah, angka-angkanya tidak membingungkanmu, perubahan harganya tidak menggelisahkanmu, dan ia terus langgeng seiring dengan langgengnya rasa cinta.
Cinta disini ibarat bunga, jika suatu hari ia layu, maka keharumannya masih tetap ada. Tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan kondisi materinya, tetapi orang yang paing utama dalam mendapatkan kepercayaan darinya adalah yang paling besar pengorbanannya. Yang paling banyak cadangan modalnya adalah yang paling lembut hatinya dan tinggi keselamatan ruhnya, menghimpun hati bukan menghimpun angka-angka, menghitung kebaikan dan menggugurkan keburukan, tidak mempedulikan kecuali kata-kata yang baik. Jika manusia bermuamalah dengan bank ini, mereka akan saling menghilangkan kedengkian-kedengkian, dan modal kemanusiaan mereka naik ke tingkat yang lebih tinggi daripada sekadar kekayaan. Sebab, kekayaan hati tidak bisa diukur dengan harta, akan tetapi ia merupakan kekayaan yang dijanjikan bagi para pemilik hati.
Seakan-akan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam setelah membangun bank yang besar ini, beliau berdiri berkhutbah. Setelah membacakan hamdalah, beliau menyampaikan,
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya ada sebagian hamba Allah Ta’ala yang bukan termasuk dari kalangan para nabi, tetapi para nabi dan orang-orang yang gugur di jalan Allah cemburu kepada mereka.”
Kemudian ada yang bertanya, “siapakah mereka itu?”
Beliau menjawab,
“Mereka itu adalah segolongan orang yang saling mencintai karena Allah, bukan karena ikatan keluarga, bukan pula karena nasab. Demi Allah, wajah-wajah mereka bercahaya, dan berada di atas cahaya, mereka tidak diliputi rasa takut di kala manusia diliputi ketakutan, dan mereka tidak bersedih di kala manusia diliputi kesedihan.”
Kemudian beliau membaca ayat:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Yunus: 62)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar