Kamis, 23 Juni 2011

Jika kekecewaan mulai hinggap



Akhir-akhir ini, syifa mulai merasa tidak nyaman lagi untuk berada di organisasi. Hatinya sering menggerutu kesal pada teman-temannya, karena ia merasa bahwa apa yang dilakukannya selama ini tak pernah dihargai. Ada saja hal-hal yang membuatnya kesal. tekadnya semakin bulat untuk keluar dari organisasi itu. Walaupun jauh di dalam lubuk hatinya, ia amat berat meninggalkan saudara-saudaranya. Dia sangat menyayangi mereka, saudara yang selama ini berada dalam satu barisan dengannya.

Sahabat, pernahkah sahabat mengalami keadaan seperti di atas? Lantas, bagaimana reaksi sahabat, apakah sama dengan yang dilakukan syifa –mundur teratur dari barisan- atau tetap bertahan dengan segala sakit yang harus diderita? Manusiawi, jika ada kekecewaan yang harus kita rasakan. Tapi harus kita sadari, kita berada di kumpulan manusia, gudangnya salah dan khilaf. Menyatukan dua kepala saja sulit, apalagi bila terdiri dari kumpulan manusia. Walaupun memiliki satu tujuan yang sama, tapi pasti akan ada perbedaan misi untuk mencapai tujuan itu. Kekecewaan yang kita rasakan, jangan menjadikan kita melalaikan amanah. Sesungguhnya kita beruntung bisa berada dalam barisan dakwah. Karena hanya orang-orang yang terpilih yang bisa bertahan di sini. Dan ada atau tidaknya kehadiran kita, dakwah akan tetap berjalan. Bila dakwah ibarat pohon, ada saja daun yang berjatuhan. Tapi pohon dakwah tidak pernah kehabisan cara menumbuhkan tunas barunya, sementara daun-daun yang berguguran tak lebih akan menjadi sampah dalam sejarah.

Saya jadi ingat dengan sms salah seorang sahabat saya. “Jika kita berharap mendapat teman tanpa cela, maka jangan berteman dengan manusia, bertemanlah dengan malaikat. Jika ingin tempat yang sempurna, maka bertempatlah di surga, jangan di dunia. Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk menjadi sahabat, tapi belajar untuk mengerti seseorang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna. Semoga dengan adanya perbedaan itu, ukhuwah kita tetap terjaga.”

Sahabat, jalan yang kita tempuh saat ini memang tidak mudah. Akan banyak duri, kerikil tajam, bahkan jurang curam yang akan menanti kita di hadapan. Sejak dulu memang begitulah DAKWAH. SULIT?.. penuh dengan amanah, membutuhkan tenaga ekstra untuk ruh & jasad. Tapi juga INDAH... Begitulah DAKWAH, ia memolesnya dengan kejutan-kejutan bagi para mujahid-mujahid yang bertahan. LETIH? Memang iya, sama seperti letihnya bahu sang uswatun hasanah memikul amanah ayat-ayat Allah yang harus ia sampaikan. Tapi keletihan itu tak pernah mampu mengikis SENYUMAN yang senantiasa ia tunjukkan bagi orang-orang di sekitarnya. SAKIT? JELAS. Sama seperti sakitnya Al-amin dilempari batu, disakiti dengan pedasnya kata-kata. Dikotori dengan kotoran-kotoran yang menjijikan, yang tak pantas diberikan bagi manusia mulia seperti beliau. Namun rasa sakit itu tak mampu menghentikan langkah tegapnya memberikan cahaya bagi dunia yang buta kala itu. INDAH? TENTU. Seperti surga yang selalu jadi impian bagi diriku, dirimu, dan kita semua.

Sahabat, kita tak pernah merasakan seperti apa yang dirasakan oleh sang pemimpin sejati, tapi mengapa begitu banyak keluhan yang meluncur setiap kali dihadapkan pada tantangan dakwah? Beginikah mental seorang pejuang? Ya Rabb, ampuni kami jika keihklasan kami hanya sampai pada ucapan lisan. Padahal kita selalu memimpikan surga, tapi tak sanggup menempuhi jalan menuju surga. Entah apa tiap langkah kita sudah bisa membangun satu anak tangga menuju surga, atau hanya keletihan yang hanya kita dapatkan. Tetap istiqamah wahai sahabatku, sesungguhnya Allah bersama kita.

“Ku titipkan helai-helai rabithah pada desir angin. Ku sematkan setangkai kata rindu pada ranting cakrawala yang syahdu. Ku munajatkan segala asa dan doa.. semoga ALLAH selalu mengikat hati kita dalam tali ukhuwah yang tidak mengenal kesudahan sampai ALLAH mempertemukan kita di jannah-Nya. Amiin..“

Tidak ada komentar:

Posting Komentar