Sabtu, 25 Juni 2011

Harga Surga

Sungguh bodoh orang yang menjual hal yang kekal dengan yang fana, bersantai-santai dalam meraih pahala, dan lalai dalam berbagai urusan. Sesungguhnya surga membuat rindu orang-orang yang mencarinya dan berhias untuk orang-orang yang menghendakinya. Ayat-ayat Alquran berbicara tentang gambaran isinya, suara-suara yang menjelaskannya memenuhi pendengaran para hamba, seakan kalian telah membukakan pintu-pintunya dan berbagi-bagi kepada para penghuninya pada Hari Kiamat, dan lidah-lidah yang berangan-angan telah menyanyikan kedekatan kubahnya.
 
Abu Hurairah Radiyallahu anhu meriwayatkan; Kami berkata,” Ya Rasulullah, ceritakan kepada kami tentang surga dan bangunannya.”

Beliau bersabda,”Batu batanya terbuat dari emas dan perak, pelurnya dari misik yang semerbak, temboknya dari mutiara dan permata, tanahnya dari za’rafan. Siapa yang masuk ke dalamnya akan merasakan kenikmatan dan tidak akan bersedih, dia kekal dan tidak akan mati, pakaian-pakaiannya tidak akan usang dan dia tidak bertambah tua.” (HR. Ahmad, at-tirmidzi)

Wahai  jiwa, bersegeralah menggunakan waktu sebelum ia berlalu, bersungguh-sungguhlah dalam menjaga malam-malam dan hari-hari kehidupan, seolah-olah kamu telah dikoyak-koyak oleh kuburan, semua urusan telah terbukti, wajah-wajah orang yang bertakwa telah terbit berseri-seri, dan kepala-kepala orang yang bermaksiat menunduk.

Wahai jiwa, orang-orang yang wara’ telah bersungguh-sungguh, orang-orang yang takut telah bersiap siaga, orang-orang shaleh telah berangkat, orang-orang yang memberi nasehat telah berteriak dan memberikan nasehat. Ilmu tidak akan didapatkan kecuali dengan bersusah payah dan harta tidak akan didapatkan kecuali dengan keletihan.

Jika kamu telah bertekad maka bersegeralah, jika kamu telah berniat maka bersabarlah. Ketahuilah sesungguhnya tidak akan didapatkan kemegahan oleh orang yang berada di luar jalurnya.

“jangan mengira bahwa kemuliaan adalah korma yang kamu makan
Tidak akan mencapai kemuliaan hingga kamu merasakan kesabaran

Sabarlah terhadap cobaan, maka saat itu akan mendapatkan kemudahan. Bertahanlah dalam bencana, maka banyak sekali pahalanya;

“Jangan bersedih terhadap bencana yang menimpa
Dan bersabarlah ketika takdir saatnya tiba
Besok orang-orang yang sabar akan menuai kebahagiaannya
Di surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.”



Jumat, 24 Juni 2011

Bank cinta

Bank ini dibangun oleh penghulu para pecinta, panglima yang tubuhnya bersinar. Tapi, apakah bank ini memiliki gudang? Apakah ia memiliki cek, giro, dan jaminan?
Ya, ia memilikinya. Kalau begitu apakah ia? Ia adalah bank yang gudangnya adalah hati, batangan emas dan peraknya dari cahaya, cek-ceknya adalah senyuman-senyuman, mata uangnya adalah kemudahan yang jernih, gironya adalah keikhlasan, dan jaminannya adalah perbuatan yang baik (al-ma’ruf). Ia mencakup semua muamalah, angka-angkanya tidak membingungkanmu, perubahan harganya tidak menggelisahkanmu, dan ia terus langgeng seiring dengan langgengnya rasa cinta.
Cinta disini ibarat bunga, jika suatu hari ia layu, maka keharumannya masih tetap ada. Tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan kondisi materinya, tetapi orang yang paing utama dalam mendapatkan kepercayaan darinya adalah yang paling besar pengorbanannya. Yang paling banyak cadangan modalnya adalah yang paling lembut hatinya dan tinggi keselamatan ruhnya, menghimpun hati bukan menghimpun angka-angka, menghitung kebaikan dan menggugurkan keburukan, tidak mempedulikan kecuali kata-kata yang baik. Jika manusia bermuamalah dengan bank ini, mereka akan saling menghilangkan kedengkian-kedengkian, dan modal kemanusiaan mereka naik ke tingkat yang lebih tinggi daripada sekadar kekayaan. Sebab, kekayaan hati tidak bisa diukur dengan harta, akan tetapi ia merupakan kekayaan yang dijanjikan bagi para pemilik hati.
Seakan-akan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam setelah membangun bank yang besar ini, beliau berdiri berkhutbah. Setelah membacakan hamdalah, beliau menyampaikan,
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya ada sebagian hamba Allah Ta’ala yang bukan termasuk dari kalangan para nabi, tetapi para nabi dan orang-orang yang gugur di jalan Allah cemburu kepada mereka.”
Kemudian ada yang bertanya, “siapakah mereka itu?”
Beliau menjawab,
“Mereka itu adalah segolongan orang yang saling mencintai karena Allah, bukan karena ikatan keluarga, bukan pula karena nasab. Demi Allah, wajah-wajah mereka bercahaya, dan berada di atas cahaya, mereka tidak diliputi rasa takut di kala manusia diliputi ketakutan, dan mereka tidak bersedih di kala manusia diliputi kesedihan.”
Kemudian beliau membaca ayat:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Yunus: 62)


Kamis, 23 Juni 2011

Kebahagiaan; Ilusi ataukah kenyataan?


Banyak orang yang bertanya-tanya tentang kebahagiaan, apakah ia berada di dalam menimbun kekayaan, atau mengumpulkan harta, atau membangun gedung dan istana?
Banyak manusia yang berpikir demikian, dia bahagia karena memiliki deposito di beberapa bank, Fulan bahagia karena memiliki rumah dan mobil.
Tetapi, tidak semua orang yang memiliki harta bahagia, sebab banyak para pemilik harta dan konglomerat yang hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan tiada putus selama mereka hidup di dunia, sebelum mereka pindah ke akhirat, mengapa? Karena mereka letih dalam:
1.        Mengumpulkan harta
2.      Menjaga dan mengembangkannya
3.       Gelisah dan takut kehilangan harta
Banyak orang yang memiliki mobil, tetapi ia merasa ketakutan! Apakah penyebab dari semua ketakutan dan kegelisahan ini? Ia adalah ketakutan akan harta, takut kalau-kalau pencuri datang dan mencurinya.
Jika demikian, dia hidup dalam kesengsaraan, dalam ketakutan, dalam kegelisahan, dalam kesusahan dan dalam kebingungan, bahkan dia tidak bisa tidur sepanjang malam. Ini adalah kejadian yang benar-benar terjadi, dapat dibuktikan dan dapat dilihat dengan mata kepala kita sendiri. Bahkan adakalanya harta merupakan sebab kebinasaan dan kenikmatannya.
Betapa banyak orang kaya yang dirampas atau dibunuh karena perdagangannya. Bahkan betapa banyak orang kaya terhalang untuk menikmati kelezatannya disebabkan karena hartanya! Kenudian betapa banyak orang yang memiliki harta hilang hartanya, lenyap kekayaannya disebabkan satu dan lain hal, sehingga dia menjalani sisa hidupnya dalam penderitaan dan kesengsaraan.
Misalnya Qarun yang kunci gudangnya tidak bisa dibawa kecuali oleh beberapa orang laki-laki yang kuat. Sebagian manusia menyangka dan mengira bahwa dia adalah manusia yang paling bahagia. Tetapi harta dan kekayaannya menjadi sebab kesengsaraan dan kecelakaannya:
Maka Kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dlam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap adzab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Al-Qashash: 81)
Atas dasar itulah, perkataan Umayyah bin Khalaf dan orang yang semisalnya pada hari kiamat,”Hartaku sekali-kali tidak memberi menfaat kepadaku” (Al-Haqqah:28) adalah perkataan yang tidak mengada-ada. Seburuk-buruk harta adalah yang tidak memberi kecukupan sedikitpun kepada pemiliknya.