Selasa, 21 Juni 2011

Maaf

Semalam, saya mengirim sms ke beberapa orang sahabat saya. Isinya, “assalamu’alaikum sahabat, maaf ya jika selama ini saya punya salah, baik disengaja/tidak, yang nyata maupun tersembunyi. Kalau ada kata2 yang menyakiti,candaan yang berlebihan, & sikap yang kurang sopan, mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Allah meridhai kita. Waslmkm”. Dari 10 orang yang saya kirimkan, Cuma 2 orang yg menjawab “sama-sama ukh, kita saling memaafkan.” Sisanya?? “lagi knp sih?” atau “kamu knp, tumben bnget kaya begini.” Atau ada lagi yang lebih unik “dek, apa kata2 sms mba tadi ada yang bikin kamu tersinggung, sampai kamu blg begini?”. Saya jadi berpikir, apa sebegitu mengherankan-kah meminta maaf? Sedangkan kita tidak pernah tahu bagaimana hati saudara-saudara kita, apa mereka pernah tersakiti dengan kita?
Malam tadi saya merenungi semua perbuatan saya, seminggu ini (cuma seminggu ini, bukan beberapa tahun ini). Dan saya mendapati betapa banyak dosa saya kepada saudara-saudara saya. Lisan yang jahil, hingga disadari atau tidak mengumbar kejelekan saudara sendiri. Hati yang keruh, hingga selalu terbersit su’udzon. Lantas apakah salah jika saya meminta maaf?

Mungkin sudah menjadi sebuah kebiasaan, tak mau meminta maaf jika belum terbukti benar. Ataupun kalau memang salah, selalu ada alasan untuk mneghindari mengucapkan maaf. Ego yang terlalu tinggi, menghalangi kebenaran yang datang menghampiri. Dan sekali lagi, saya hanya ingin membiasakan kata “maaf” menghiasi hari-hari saya. Agar ketenangan hati bisa saya dapatkan, dan agar saya bisa menjadi orang yang selalu menyadari kesalahan saya. Maaf yang tulus dari hati, akan mampu meruntuhkan ego sebesar karang. Maaf yang tulus dari hati, akan mampu mencairkan hati yang membeku. Dan maaf yang tulus dari hati, akan mampu memberi kesempatan bagi kita untuk meneteskan air mata penyesalan.

Wallahu’alam bisshawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar